Arti Cuci Piring Saham dan Mengapa Anda Harus Menghindarinya

294 Dilihat

Istilah “cuci piring” biasanya digunakan untuk menggambarkan pekerjaan rumah sehari-hari. Entah secara literal atau harafiah kita akan sepakat bahwa “cuci piring” memang kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut.

Namun istilah cuci piring dalam dunia bursa efek maupun trading bisa dibilang salah satu istilah yang sangat menyakitkan. Sangat kontras dengan kenyataan sehari-hari di dapur.

Cuci piring saham adalah sebuah kejadian dimana anda terjebak dalam membeli saham yang harganya naik sedemikian rupa, namun ternyata harganya jatuh dalam sekejap. Bahkan dalam beberapa hal harga sahamnya justru semakin anjllok setelah dibeli.

Hal ini sering terjadi pada investor pemula yang kurang melihat dinamisnya harga saham di bursa efek maupun trading. Awalnya mungkin anda berpikir bahwa saham tersebut punya nilai baik dan semakin meningkat sehingga anda tertarik untuk membelinya.

Tak dinyana hal yang tidak diinginkan terjadi, harganya cenderung turun dan dipasarkan dengan harga yang berbeda dengan saat anda membelinya. Tidak jarang pula bahwa terdapat kasus saham tersebut tadinya merupakan saham unggulan atau bahkan ditawarkan dimana-mana.

Tentunya hal ini sangatlah merugikan bagi anda, utamanya jika anda kurang jeli melihat dinamisnya pasar saham. Apalagi jika anda tidak menetapkan batas kerugian (cut loss) yang membuat anda berdarah-darah alias amsyong.

Hal inilah yang diibaratkan sebagai cuci piring saham yang berarti anda hanya “menggosok sisa-sisa makanan enak” yang disajikan di meja makan. Bukannya merasakan makanan enak nan lezat, anda justru mendapatkan sisanya yang itupun harus anda bersihkan sendiri.

Mengapa Cuci Piring Saham Bisa Terjadi dan Solusinya

Membeli Harga Saham Sudah “Digoreng”

Tahun lalu terdapat kasus dimana sebuah saham nilainya melonjak dikarenakan promosi yang dilakukan para artis atau endorse. Padahal tadinya saham tersebut hanya punya nilai dibawah Rp 1.000,- per lembarnya, namun melonjak sampai lebih dari Rp 3.000,- per lembarnya.

Itu baru kasus yang terlihat, di dunia bursa efek masih banyak juga ditemui saham yang naik signifikan karena permainan broker maupun bandar saham. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa aksi yang tidak diinginkan ini sering terjadi.

Untuk masalah ini anda sudah harus melihat volume permintaan dan pembelian sebelumnya, apakah wajar atau diborong. Karena bisa jadi yang membelinya adalah bandar saham yang kurang bertanggung-jawab terhadap nilai saham.

Membeli Saham Bermasalah dan Beresiko Tinggi

Sebetulnya bukan hal yang wajar ketika anda berinvestasi untuk pertama kalinya justru dengan membeli saham bermasalah. Sebab saham yang bermasalah lebih banyak menjanjikan keuntungan tanpa disertai laporan keuangan yang memadai.

Walhasil anda bisa saja dijebak untuk “cuci piring” dimana anda justru membeli saham semacam ini. Jika anda memang mengetahui profil dari emiten yang sahamnya anda beli pun sebetulnya tidak menjamin anda aman dari praktek ini.

Oleh karena itulah anda harus melihat profil emiten misalnya dan juga melihat laporan keuangan mereka. Selain itu anda juga bisa melihat fluktuasi harga di chart/grafik untuk melihat apakah saham yang akan anda beli punya nilai bagus atau tidak.

Tidak Mengecek Saham Apa yang Akan Dibeli

Biasanya hal ini terjadi dikarenakan kita yakin bahwa saham tersebut tengah booming sehingga kita tertipu dengan “kulitnya”. Saham BUMI adalah salah satu contoh bagus mengapa seorang investor bisa terjebak untuk cuci piring.

Saham tersebut sempat berada dalam posisi bagus dan bahkan pernah menyentuh angka yang sangat tinggi, namun saat ini termasuk saham yang nilainya jatuh amat dalam. Tentu saja jika anda sekarang membeli saham semacam itu anda hanya akan “cuci piring”. Harganya memang rendah, namun kenyataannya sekarang saham tersebut susah naik.

Masalah ini pada dasarnya bisa diketahui melalui pemberitaan media yang biasanya menyoroti saham-saham tertentu yang bermasalah. Selain itu anda bisa melihat profil emiten, pergerakan volume permintaan sebagaimana masalah sebelumnya di atas.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *