Nilai intrinsik saham adalah nilai yang mengacu pada nilai saham dalam artian yang sebenarnya dari harga yang ada di pasaran. Pada dasarnya anda harus mengerti bahwa harga sebuah saham di bursa efek itu berbeda dengan harga aslinya.
Cara ini digunakan investor salah satunya untuk mengetahui apakah saham yang mereka beli terbilang tingkat reliabilitasnya baik meskipun harganya melambung tinggi. Kita semua tahu bahwa harga sebuah saham terkadang bisa sangat dinamis.
Otomatis menentukan kewajaran sebuah saham atau fair value saja mungkin tidak cukup, utamanya jika kita hendak membandingkan performa antara satu emiten dan emiten lainnya. Hal inilah yang membuat nilai intrinsik saham diperlukan.
Perbedaan Nilai Intrinsik Saham dan Fair Value
Mungkin ada dari anda yang berpikir apa perbedaan antara nilai intrinsik saham dengan fair value, mengingat keduanya memiliki pengertian yang hampir identik. Anda tidak salah memang dikarenakan kedua istilah ini juga sering digunakan bergantian.
Kesamaan kedua istilah ini sebetulnya ada dalam pengertian bahwa nilai saham tinggi bukan berarti kemahalan dan saham murah bukan berarti buruk. Jika kita membacanya dari kesamaan ini, tentu saja pengertian nilai intrinsik saham dan fair value jadi terlihat seperti sama saja.
Namun, sebetulnya terdapat perbedaan diantara keduanya secara spesifik.
Fair Value merupakan sebuah nilai kelayakan suatu saham secara berkala dengan penghitungan seperti Earning to Per Ratio (EPR). Artinya fair value atau kewajaran suatu nilai saham dinilai dari kalkulasi rasio harga saham dengan lembaran saham yang beredar di bursa efek.
Sedangkan nilai intrinsik saham mengacu pada penilaian yang ukurannya bukan hanya penghitungan, namun juga performa emiten. Jika performa emiten baik maka nilai saham yang tinggi bukanlah jadi soal.
Memahami Nilai Intrinsik Saham
Sebagai contoh misalnya saham di bidang yang sama yaitu O, P, dan Q harga aslinya atau nilai intrinsiknya secara berturut-turut adalah Rp 2.750,-, Rp 2.500,-, dan Rp 2.371,-. Namun ketika mereka melakukan offer, harga saham O, P, dan Q naik menjadi Rp 2.512-, Rp 3.000,- dan Rp 2.400,-.
Jika anda berpikir, mungkin saham P adalah yang paling mahal dari harga aslinya dikarenakan ia sudah berada dalam level yang mungkin terlalu mahal. Bahkan jika dibandingkan dengan saham O dan Q yang lebih murah dan wajar secara fair value, saham P terlihat seperti kemahalan untuk dibeli.
Namun jika kita mempertimbangkan performa emiten, kenaikan saham batas atas (ARA), dan juga laporan keuangannya, bisa jadi harga tersebut tidaklah kemahalan. Hal-hal inilah yang menjadi pertimbangan para investor apakah tetap membeli saham yang memang tetap menguntungkan meskipun memiliki harga tinggi atau terlihat kemahalan.
Dalam posisi semacam ini, kita bisa mengibaratkan saham P adalah barang yang memiliki kualitas bagus meskipun terlihat mahal. Jadi nilainya masih dikatakan wajar dan cenderung berbobot ketimbang dua saham lainnya.