Profit Taking biasanya di Indonesia lebih dikenal dengan istilah aksi ambil untung. Merupakan istilah yang merujuk pada pengambilan keuntungan dari penjualan saham setelah pembelian dalam kurun waktu tertentu. Konsepnya mirip ketika anda mendapatkan barang yang diinginkan dan menjualnya kembali setelah mengetahui nilai keuntungan yang didapatkan.
Setelah anda membeli saham, tentunya harga saham per lembarnya juga akan meningkat seiring dengan performa perusahaan, pasar, dan faktor lainnya. Hal inilah yang membuat saham bisa berkembang dan menghasilkan bukan hanya dividen bagi para shareholder-nya, namun juga harga saham per lembarnya bisa semakin mahal.
Perencanaan keuangan mulai dari pembelian dan target keuntungan biasanya mempengaruhi dalam pengambilan untung ini. Oleh karenanya lebih diutamakan untuk mematangkan strategi keuntungan jika anda ingin mengambil keuntungan seperti yang anda harapkan.
Pertimbangan Sebelum Profit Taking
1. Nilai Jual Pasar yang Lebih Tinggi dari Harga Beli
Hal ini merupakan salah satu alasan umum mengapa para investor maupun shareholder menjual saham. Terlebih jika anda telah menetapkan keuntungan yang ingin diraih sebelumnya, maka bukan tidak mungkin anda justru untung besar dengan menjual sahamnya.
Oleh karena itulah, perencanaan saat akan membeli dan menjual saham menjadi sama pentingnya. Hal ini mengingat harga saham tidaklah selalu mengikat setiap waktu dan terus berubah sesuai dengan kondisi pasar, emiten, serta faktor lainnya. Ketika harga jual pasar sedang tinggi, maka harga saham akan meningkat dan anda tinggal menghitung berapa keuntungan yang diraih dari jumlah saham yang anda beli sebelumnya.
2. Peningkatan Harga di Bursa Efek
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga memiliki andil jika anda ingin mengambil untung dari saham yang anda dapatkan sebelumnya. Jika nilai IHSG terkerek ke angka positif, maka itu juga berdampak pada saham lainnya. Saat itulah anda harus memperhatikan apakah saham yang anda pegang juga tengah terkerek harganya. Jika iya, aksi ambil untung ini bisa diambil utamanya jika menurut anda keuntungan yang diraih sudah tercapai.
Hal ini dikarenakan jika sampai IHSG mengalami koreksi atau penurunan, maka hal tersebut juga berdampak pada saham lain. Memang tidak semudah itu harga langsung jatuh karena di saat bersamaan sangat dimungkinkan saham lain mengalami kenaikan. Pada intinya dalam kondisi harga saham gabungan naik, disaat itulah untung bisa diraih.
3. Menghindari Kerugian Meskipun Hanya Untung Sedikit
Hal ini terjadi jika saham yang anda pegang hampir mengalami cut loss atau harganya justru hampir jatuh. Bisa juga ketika harga IHSG mengalami koreksi seperti yang kami jelaskan di atas.
Misalnya anda membeli saham seharga Rp 5.000 per lembar saham di bulan Juli 2021 dan mengalami peningkatan di bulan November 2021 di harga Rp 7.000. Namun ketika Desember 2021, harganya turun menjadi Rp 5.500. Pada saat itulah untuk menghindari cut loss atau kerugian, anda melepas saham tersebut namun tetap mendapatkan untung.
Hal seperti ini masih kerap terjadi, utamanya bagi para pemula yang belum menentukan berapa keuntungan yang ditargetkan. Bukan hanya itu, target keuntungan yang meleset bisa jadi faktor lain yang menyebabkan hal ini terjadi. Hal ini dikarenakan harga pasar saham yang dinamis, artinya selain target anda juga harus bisa membaca pergerakan saham di bursa efek.